(7) Jalan-Jalan

Oleh Rio Tuasikal / @riotuasikal

[Baca dari tengah mungkin membingungkan, sila baca dari awal]



Dari pada tak punya kerjaan, pagi ini aku putuskan berjalan-jalan. Jalanan masih sepi di pekan pertama Ramadhan. Belum ada orang-orang berkeliaran. Belum ada penjual makanan sampai ujung jalan. Matahari yang jatuh pelan-pelan memberi pagi ini kehangatan.

Warung bakso tutup nyaris sepekan. Masih begitu jelas dalam ingatan, kemarin, ada perempuan beserta anak kecil yang kelaparan. Sejak itu pun, yang bertanya soal warung bakso ada setidaknya belasan. Betul kataku, warung bakso baiknya dibuka tanpa sungkan.

Aku sampai di taman, besarnya lumayan. Jauhnya dari rumahku kira-kira dua ratus meteran. Aku duduk di kursi yang paling kanan. Kulihat ada gang cukup lebar di seberang. Aku digiring rasa iseng dan penasaran. Tanpa sadar aku sudah menuju ke selatan.


Gang ini kotor betulan. Sampah, mulai dari plastik hingga kulit buah, berserakan. Berjejer kos-kos yang kukira sewanya 500 ribu per bulan. Selain kurangnya kebersihan, gang ini nampak tak berkehidupan. Tak ada seorang pun yang melewat jalan.

Seorang anak kecil ketiduran di pos kamling sebelah depan. Meski diterpa matahari, dia asyik dalam kelelapan. Bajunya berbercak coklat tak keruan. Rambutnya disisir serampangan. Sebuah gitar kecil, di pantatnya, dia tempatkan. Di antara penasaran dan enggan, kepadanya pandangan diarahkan.

Aku bergumam, harusnya lebih banyak syukur yang kuungkapkan.

Aku melanjutkan. Ke arah kaki aku memperhatikan. Seekor kucing hitam gemuk sedang tidur di pangkuan. Hey, ini kucing yang kemarin di etalase depan. Sebuah kebetulan? []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com