(15) Beragama itu Bimbang

Oleh Ria Apriyani / @GRiaA_
[Baca dari tengah mungkin membingungkan, sila baca dari awal]



Tuhan yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui,

Aku sadar tanpa harus berkata-kata terlalu banyak pun, Kamu sudah mengetahui seluruh isi hatiku. Kamu mengenal aku bahkan sebelum aku ada dalam kandungan ibuku. Tapi izinkan aku sekali ini sedikit curhat saja.Rasanya sudah menyesakkan sekali. Hatiku bergolak!

Beberapa saat tadi aku mendengar dari satpam di gerbang depan, katanya telah terjadi penyerangan. Korbannya, sebuah warung bakso di seberang sekolah, sekitar 500 meter dari gereja.Pelakunya, saudara-saudara berbaju putih yang sempat menakutiku dalam perjalanan menuju ke sini. Menakutkan. Ini benar-benar keterlaluan!

Kenapa orang-orang beragama sering tampak seperti orang sakit jiwa? Tidakkah Kamu merasa mereka terlalu lancang? Kalau Kamu mau, Kamu bisa saja menutup sendiri warung itu dan tidak perlu menggunakan kekerasan. Toh, mereka hanya membuka warung dan mencari rezeki.

Apakah puasa juga berarti menahan rezeki selain menahan lapar, haus, nafsu, dan amarah? Kalau memang seperti itu, aku baru tahu. Berarti dulu guru-guruku salah mengajariku. Mungkin mereka lupa menambahkan satu lagi definisi puasa, menahan rezeki. Atau memang seperti itukah yang menjadi kehendak-Mu? Maaf kalau aku terlalu arogan mencoba menerjemahkan keinginan-Mu. Tapi semua yang Kau tunjukkan ini membuat aku bimbang menentukan sikap.

Apakah jika aku seorang muslim aku harus diam saja melihat agamaku dijual sebagai cap pembenaran akan kekerasan? Bahkan jika yang diserang itu juga muslim? Apakah jika aku seorang non muslim lantas aku juga harus diam saja melihat bangunan itu diserang dan dirusak, sementara manusianya berteriak histeris ketakutan? Apakah aku harus diam saja karena mungkin ini yang Kamu inginkan? Aku bimbang Tuhan, aku bimbang!

Tadi Romo berkata agama itu katanya jalan menuju kebenaran, pedoman supaya semua tidak kacau, pembentuk manusia-manusia berakal budi yang dipenuhi dengan cinta kasih. Tapi kenapa sekarang ini semuanya semakin kacau saja? Kenapa yang jamak aku lihat sekarang ini malahan sekelompok orang-orang yang menderita neurosis kolektif?

Kamu tahu bagaimana gamangnya aku. Terlebih sekarang ini. Mereka semua membuat semua ini terlihat menakutkan. Tadi di perjalanan aku mendengar seorang laki-laki berkata bahwa agama itu menakutkan. Sekarang aku sadar maksud perkataannya, dan dia benar. Sekarang aku pun takut, kembali takut, semakin takut.

Tidak bisakah aku mengenal Kamu tanpa fasilitas agama? Beragama terkadang membuatku bimbang karena terlalu banyak orang memperebutkan kue kebenaran. Tanpa menggunakan fasilitas agama, apakah aku tidak akan bisa berkomunikasi dengan-Mu seperti sekarang ini?



“Belum pulang?”

“Belum Romo. Saya sedang curhat pada Tuhan,”jawabku pada pria berjubah putih, tetapi kali ini dengan wajah meneduhkan. “Beragama membuat saya bimbang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com