(20) Pemberian


Oleh Risdo Simangunsong / @RisdoMangun

[Baca dari tengah mungkin membingungkan, sila baca dari awal
  

Beberapa hari lalu kolak pisang, yang kalau bulan puasa berubah nama jadi ta’jil,  disodorkan padaku. Tanpa air minum sebelumnya. Ya, panitia acara buka puasa yang di dekat gereja itu mungkin belum paham betul kebiasaan buka puasa di sini. Tapi kugragas saja, toh aku tak berpuasa. Semuanya langsung disambung nasi kotak bermenu lengkap.

Hari ini semangkuk mie bakso, dengan kuahnya yang kental berkaldu, juga disodorkan padaku. Aku menatap wajah pemberinya. Ia pemuda culun yang dulu pernah menghampiri kediaman kami. Ia, yang dulu kuanggap menjijiki kami dalam ketakpeduliannya yang meninggalkan kami begitu saja.

Bulan puasa ini aku menerima banyak pemberian. Kadang tak diduga.

Hatur Nuhun Aa [1],” seruku. Ia tersenyum, agak tak bernada rasa.

Tapi tunggu… bukankah warungnya ini yang dulu dirusak sama kaum berjubah? Kuamat-amati, ya nampaknya ada suasana baru diperbaiki di sini…

Aa, kemarin teh warungnya kena razia ya?, ” aku memastikan.

Iya Kang, kacahnya pecah…,” serunya datar.

Kumakan mie bakso itu pelan-pelan. Duduk di depan warungnya. Diam, menikmati suasana sehabis azan maghrib di satu sudut kota ini. Kental kaldu itu kini mengaduk-aduk pikiranku…

Aku teringat kata-kata Pak Ustad sewaktu acara buka puasa di dekat gereja itu:

Puasa mengajarkan pada kita untuk berbagi dalam kekurangan…  Memberi dalam kekurangan dan keprihatinan itu memperkaya diri, melampaui kekayaan harta duniawi….

Kuingat wajah teduh Pak Ustad. Wajah ceria anak-anak panti asuhan dan juga anak jalanan yang diundang… wajah senyum tulus para panitia acara yang mengajakku… dan kini wajah senyum meski sulit dari pemuda yang agak culun ini. Betapa pemberian tulus memang punya kekuatan dan keteduhannya sendiri.

Lantas kupikir-pikir kebaikan apa yang bisa kuberi… Heiii, kenapa aku tak pernah  berpikir seperti itu lagi belakangan ini? Selalu kukira ku tak mampu memberi… Ah, harus bisa, setidaknya buat yang lebih butuh.

Nuhun ya Aa, keur  susah kieu Aa’ teh tetep we ngabere. Mogi Gusti Allah ngaluluskeun doa Aa’ sakaluarga…[2]

Ya, sama-sama Kang…

Aku berbenah pergi. Aku sudah memutuskan mau memberi kebaikan apa kepada siapa…
Hmm… kalau saja bulan puasa semua orang selalu berpikir begini…[]




[1] Terimakasih Mas.
[2] Makasih ya Mas, lagi susah begini Mas tetap memberi. Semoga Tuhan melancarkan doa Mas sekeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com