Oleh Rio Tuasikal / @riotuasikal
[Baca dari tengah mungkin membingungkan, sila baca dari awal]
TRANGGG!
Etalase warung bakso kami terjengkang. Bakso, mie mentah dan sayurannya jatuh ke trotoar, berjatuhan.
Ini dimulai satu hari ke belakang. Saat ibuku sudah kehabisan ide cari uang. Kolakyang tak juga memberi kecukupan. Maka aku berinisiatif ke pasar membeli bahan. Daging sapi dan sayur-sayuran. Selayaknya hari-hari biasa kami persiapkan.
Prediksi kami kena sasaran. Pelanggan lama berdatangan di hari ini, sepanjang siang. Iya, mereka orang-orang Kristen yang kelaparan. Yang anaknya bersekolah di seberang jalan. Yang mengaku kesulitan cari makanan.
Mereka bertanya, "kenapa seminggu kemarin tidak berjualan?"
Aku hanya bisa tersenyum enggan.
Warung kami kini diisi delapan pelanggan. Ibu mulai menebar senyuman. Kami bisa hadapi hari esok tanpa kekhawatiran.
Saat aku mengambil air panas ke belakang, aku mendengar suara gaduh dari kejauhan. Mungkin dari ujung jalan. Lalu terdengar cek cok ibu, pemuda dan kata-kata umpatan. Takbir, aku mendengar orang-orang itu
berteriak lantang. Semuanya terjadi cepat seperti sengatan.
Gerombolan itu, sialan!
Aku mendapati ibu menangis dalam keputusasaan.
Pelanggan sudah bubar tunggang-langgang
Aku melihat mereka kabur tanpa perasaan.
Aku memekik, "mulut kalian berbuih Tuhan. Kelakuan kalian persis binatang!" []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar