(30) Epilog

Oleh Ria Apriyani / @GRiaA_

Hari ini ramai dan sibuk sekali. Gereja mengadakan Open House, Halal Bihalal, untuk seluruh warga. Warga kurang mampu, pengamen, dan anak-anak jalanan di sekitar lingkungan semua diundang. Warga yang lain juga diperbolehkan datang. Semua diajak untuk duduk bersama, makan berbagai hidangan yang sudah disediakan, sambil menyaksikan berbagai penampilan dari remaja dan anak-anak gereja.

Kalau sudah begini, tidak peduli kamu Islam ataupun Kristen, agama apapun, semua bahagia. Aku juga. Menyaksikan mereka, orang-orang ini, yang punyanya Indonesia. Hari ini di mataku semua orang memancarkan warna, berbagai warna, seperti pelangi. Indah.

Di seberangku, pemuda ramah anak pemilik warung bakso sedang sibuk melayani para undangan yang tergiur menghirup aroma kuah baksonya. Ia beserta ibunya tampak penuh sukacita. Aku bertanya-tanya apakah setelah semua ini dia bisa mewujudkan mimpinya untuk kuliah?

Tadi segerombolan pengamen dan anak jalanan menghampiri temanku. Mereka menyerahkan amplop berisi sejumlah uang. Mereka bilang itu untuk sumbangan, hasil menyisihkan sebagian penghasilan. Mereka yang sering diremehkan, mereka yang sering dipandang negatif dan diprasangkai macam-macam. Aku ingat perkataan guruku semasa TK, malaikat itu ada dimana-mana, bisa siapa saja.

Aku menjauhkan diri dari keramaian. Keluar dari aula, menyusuri halaman, menuju pintu masuk gereja. Sejak kejadian penyerangan, aku belum pernah lagi masuk kesana. Biasanya hanya ke aula, halaman, atau ruang kegiatan. Entah kenapa aku takut, ragu, beragama membuatku bimbang.

Tapi hari ini langkahku rasanya ringan. Bahkan sepertinya ditarik secara perlahan ke dalam. Sampai di depan altar, di hadapan salib dimana Dia membuat pengorbanan terbesar, aku berlutut dan kemudian hanya diam. Pasrah, aku sudah menyerahkan semuanya pada Dia, terserah mau diapakan. Kalaupun memang harus terjadi, aku akan mantap memilih, dan tidak akan bimbang lagi.

Pemandangan warna-warni tadi sudah mengobati ketakutanku. Keindahannya sudah memenuhiku dengan rasa kagum luar biasa hingga mungkin tidak ada lagi tempat untuk takut dan ragu. Yang tadi itu terlalu indah, mungkinkah seperti itu yang namanya surga?

Di hadapan Dia, kali ini aku menyerah. Satu pencarianku, usai sudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com