Hari ini ramai dan sibuk sekali. Gereja
mengadakan Open House, Halal Bihalal, untuk seluruh warga. Warga kurang mampu,
pengamen, dan anak-anak jalanan di sekitar lingkungan semua diundang. Warga
yang lain juga diperbolehkan datang. Semua diajak untuk duduk bersama, makan
berbagai hidangan yang sudah disediakan, sambil menyaksikan berbagai penampilan
dari remaja dan anak-anak gereja.
Kalau sudah begini, tidak peduli kamu
Islam ataupun Kristen, agama apapun, semua bahagia. Aku juga. Menyaksikan
mereka, orang-orang ini, yang punyanya Indonesia. Hari ini di mataku semua
orang memancarkan warna, berbagai warna, seperti pelangi. Indah.
Di seberangku, pemuda ramah anak
pemilik warung bakso sedang sibuk melayani para undangan yang tergiur menghirup
aroma kuah baksonya. Ia beserta ibunya tampak penuh sukacita. Aku
bertanya-tanya apakah setelah semua ini dia bisa mewujudkan mimpinya untuk
kuliah?
Tadi segerombolan pengamen dan anak
jalanan menghampiri temanku. Mereka menyerahkan amplop berisi sejumlah uang.
Mereka bilang itu untuk sumbangan, hasil menyisihkan sebagian penghasilan.
Mereka yang sering diremehkan, mereka yang sering dipandang negatif dan
diprasangkai macam-macam. Aku ingat perkataan guruku semasa TK, malaikat itu ada
dimana-mana, bisa siapa saja.
Aku menjauhkan diri dari keramaian.
Keluar dari aula, menyusuri halaman, menuju pintu masuk gereja. Sejak kejadian
penyerangan, aku belum pernah lagi masuk kesana. Biasanya hanya ke aula,
halaman, atau ruang kegiatan. Entah kenapa aku takut, ragu, beragama membuatku
bimbang.
Tapi hari ini langkahku rasanya
ringan. Bahkan sepertinya ditarik secara perlahan ke dalam. Sampai di depan
altar, di hadapan salib dimana Dia membuat pengorbanan terbesar, aku berlutut
dan kemudian hanya diam. Pasrah, aku sudah menyerahkan semuanya pada Dia,
terserah mau diapakan. Kalaupun memang harus terjadi, aku akan mantap memilih,
dan tidak akan bimbang lagi.
Pemandangan warna-warni tadi sudah
mengobati ketakutanku. Keindahannya sudah memenuhiku dengan rasa kagum luar
biasa hingga mungkin tidak ada lagi tempat untuk takut dan ragu. Yang tadi itu
terlalu indah, mungkinkah seperti itu yang namanya surga?
Di hadapan Dia, kali ini aku menyerah. Satu pencarianku, usai sudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar