Dalam buku kompilasi "Indonesia Rumah Bersama" Download Buku Ini
Pernah melintas pertanyaan di benakku, mengapa aku dilahirkan di sini? Minder rasanya menjadi manusia di tempat seperti ini.
Masih lekat benar di pikiranku ide yang mengajarkan bahwa orang-orang yang dilahirkan di sini derajatnya lebih rendah dari pada orang-orang di seberang sana. Lihat saja orang-orang sini: kurus, dekil, pendek, dan, maaf, agak bodoh.
Selalu saja diulang-ulang bak petisi pemikiran yang menyebutkan kalau orang-orang di sini kalah bersaing, tidak dapat diandalkan, malas, terbelakang dan tidak senang bekerja keras. Bahkan setelah 68 tahun merdeka, tiada apapun yang bisa dibanggakan kecuali bualan serta buaian tentang sumber daya alamnya melimpah ruah yang entah sampai kapan tersisa. Ironisnya, orang-orang di seberang sana lah yang malah menikmatinya!
Aku tak habis pikir, selama 68 tahun apa yang dilakukan orang-orang di sini? Mereka sibuk mengejar kuasa dan menimbun harta. Menggadaikan cita-cita pendiri bangsa demi melayani kepentingan para penguasa yang haus harta. Tak peduli apa pun agamanya dan seberapa tinggi tingkat pendidikannya, di hadapan harta semua jadi gelap mata.
Dulu di sini pernah dijajah. Sekarang pun tetap terjajah.
Apakah 68 Tahun sekadar ilusi?
Tak ada sama sekali arti?
Apakah merdeka jika masih seperti ini?
Aku sama sekali tidak bisa memahami dan mengerti mengapa semuanya harus begini. Jika bisa memilih aku tak mau dilahirkan di sini. Tapi kenyataan tidak bisa dipungkiri, aku di sini.
Di sini, kenapa aku di sini? Itulah yang ingin aku mengerti. Aku tak ingin sekadar hidup begini. Menjalani hari demi hari tanpa satu pun arti. Batinku meronta dan hatiku meratap, marah membara di benakku dan sinisme memuncah sikapku. Percuma menjadi baik, merenda hidup lurus kalau pada akhirnya merana, terinjak-injak karena nekat mengelana demi melawan arus dunia.
Namun, tiba-tiba aku berhenti dan tersentak!
Di mana bumi dipijak di situ pulalah langit dijunjung.
Aku dilahirkan di sini, tak seharusnya mencela seperti ini. Aku telah bangun, nur Ilahi itu menerangi hatiku, kini aku sadar…
Di sinilah Yang Maha Esa memelihara aku, memberikan aku sesuap nasi dan menghilangkan dahagaku. Semua yang ku kenal, kerabat, sahabat, dan keluarga ada di sini bersamaku. Di sini pula aku berkarya, membuat hidupku bermanfaat dan berguna bagi orang-orang seraya bersama-sama giat bekerja. Di sini aku menghirup udara bebas, merasakan hangatnya mentari dan semilirnya hembusan angin. Di sini, di tengah isak tangis Ibu Pertiwi, aku hadir untuk menghibur dan menyenangkan rahim yang telah melahirkanku dan membentuk diriku menjadi seperti sekarang ini.
Barangkali di sini bukanlah tempat terbaik, tapi aku tak ingin lagi terus menyesali kenapa harus di sini. Aku ingin hidupku memberi sejumput arti bagi Ibu Pertiwi, karena aku sadari, hidup itu ternyata singkat sekali. ***
* Penulis adalah seorang blogger pemula, penggiat media sosial yang tertarik pada dunia tulis menulis terutama filsafat, agama, dan fiksi. Penulis lulusan Teknik Informatika, berwirausaha dan pemerhati kesehatan ginjal. Saat ini berdomisili di Bantul, Yogyakarta. Kontak penulis di email: darknezz.world@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar