Dalam Satu Ikatan* (2 - tamat)

Oleh Yosi Novita Dewi**


Baca bagian 1

Acara inti akan segera dimulai dan aku pun duduk manis untuk mendengarkan ulasan dari kedua penulis ini.

Wiihhh it is very cool,” ucapku dalam hati.

Banyak hal yang dapat aku ambil dari seminar ini. Selain dapat teman baru, aku juga dapat ilmu tambahan. Dua penulis ini sangat sabar mengajari kami dari mulai penempatan kata, menulis cerita yang baik, dan uji coba menulis cerita yang berbentuk naratif. Sunguh luar biasa dua kakak penulis ini.

Thanks for all, kak!” hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulutku.

Setelah itu kita pun berpose untuk foto bareng bersama kakak panitia semua. Tak terasa waktu telah berlalu begitu cepat, dan itu mengakhiri acara pertemuan pada seminar kali ini.

Pengalaman kali ini cukup membuat aku happy. Tak terasa hampir 6 jam kita berada disini dan semua peserta seminar bergegas meninggalkan tempat ini dengan berbondong-bondong.

Rasa lelah bercampur dengan rasa bahagia itu menyelimuti pikiranku. Hanya orang terpilihlah yang bisa berada di tempat ini dan aku sangat bersyukur bisa meluangkan waktu untuk menghadiri tempat ini tanpa harus meninggalkan kewajibanku di pondok pesantren.

Yah bisa dibilang aku tuh hobi banget nulis. Jadi kalau ada kesempatan yang hubungannya dengan nulis, entah itu fiksi atau non-fiksi, aku pasti menyempatkan untuk hadir dan mengikuti acara dari awal sampai akhir. Karena itu cita-citaku sejak SMP, aku menyadari bahwa tak selamanya yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Namun dengan berusaha dan berdoa, semua itu akan menjadi lebih mudah bagi Allah untuk memberikan jalan keluar bagi seseorang yang ingin berusaha keras. “Yang terpenting tidak terlepas dari kaidah hukum Islam,” ujarku.

“Aku hanya bisa menunggu kesempatan datang kepadaku, Liza. Agar suatu saat nanti aku bisa menjadi seorang penulis tanpa harus memaksakan kehendak, dan aku siap dengan semua konsekuensinya yang akan terjadi pada suatu hari nanti,” ucapku sambil memandang Liza penuh semangat.

“Aku yakin rencana Allah lebih indah....”

“Liza jadi termotivasi sekali dengan kegigihan kak Sisi. Good luck ya, kak,” ucap Liza sambil tersenyum.

Desiran angin yang mampu memberikan kedamaian kepada setiap insan yang sedang merasakan keresahan, itulah yang pernah aku alami saat merasakan kegagalan. Tak selamanya hidup kita akan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Justru banyak hambatan untuk mencapai keberhasilan itu.

“Pepatah mengatakan: semakin tinggi pohon menjulang semakin berat rintangan menghadang. Itu yang selalu aku ingat dan kujadikan motivasi untuk diriku sendiri, Liza,” ucapku meneteskan air mata. Liza pun memelukku.

Kulihat jendela kamar masih terbuka. Hujan turun dengan lebatnya dan kupandangi setiap tetesan air hujan yang menetes. Aku tersenyum sendiri membayangkan keceriaan yang telah kulalui saat berada di tempat seminar tadi. Rasanya sulit untuk aku lupakan bayangan itu. Semakin terlihat jelas di pelupuk mataku dengan canda tawa yang mengisahkan sejuta kebahagiaan.

“Biarkan perbedaan keyakinan itu menjadi suatu ikatan yang baik untuk menjalin tali silaturahmi antar-agama,’’ ucapku menutup perbincangan siang tadi.


(tamat)


*Tulisan ini adalah karya naratif peserta pelatihan menulis naratif Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi yang digelar di kota tersebut, 31 Oktober lalu. Peserta dibekali materi oleh aktivis Jakatarub Risdo Simangunsong dan proses penulisan didampingi Jurnalis KBR 68H Rio Tuasikal selaku mentor.

**Yosi Novita Dewi dilahirkan di Sukabumi, 27 Desember 1995. Sedang menjalani kuliah di perguruan tinggi STAI Daarussalaam semester 5,  program studi tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam. Kesehariannya tidak terlepas dari menulis, berimajinasi, dan mencari hal baru yang bisa dijadikan bahan penulisan cerpen.

Gambar milik 123hdwallpapers.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com