Oleh Yosi Novita Dewi**
“Pagi, kak Novi!,” Liza temanku menyapa.
“Pagi juga, Liza. Ayo sini! Kita sarapan bareng,” ajak aku pada Liza.
Para santri memulai hari dengan sarapan.
“Kak, gimana? Jadi seminar sekarang?” tanya Liza.
“Of course, kita berangkat sekitar setengah jam lagi,” jawab aku sembari tersenyum.
“Ok, kak. Aku siap-siap, ya!” ucap Liza sambil pergi dari ruang makan.
Semua telah aku bereskan dan aku siap-siap untuk menghadiri acara seminar hari ini.
Di sepanjang perjalanan, tak pernah sedikit pun terbayang bisa menghadiri seminar bedah buku dan secara live bisa bertemu dengan penulisnya. “Ini sungguh luar biasa,” pikirku. Aku benar-benar tak sabar ingin cepat-cepat mendengarkan pengetahuan dari penulis itu.
Pukul 07.00 pagi kami berada di lokasi, di gedung Yosanah GKP Kota Sukabumi.
Sungguh tak pernah ada dalam benakku bisa berada di kompleks gereja – yang mana gedung acara tersebut tepat bersebelahan dengan gereja. Rasa kaget dan panik menyelimuti pikiranku. Entah apa yang aku rasakan, hanya rasa tak percaya yang saat ini aku rasakan. Akhirnya rasa penasaran itu pun timbul dan aku bersama Liza menghampiri gedung tersebut.
Di situ aku tercengang karena nampaknya belum terlihat peserta seminar yang datang. Aku dan Liza pun segera masuk ke dalam gedung tersebut dan menempati bangku yang telah disediakan.
Aku bersama Liza bertemu dengan seorang ibu yang mana ibu itu adalah pemilik gedung beserta gereja tersebut. Tiba-tiba rasa tidak percaya itu timbul lagi.
“Aduh! Apa yang sebenarnya terjadi? Sungguh aku tak percaya dengan semua ini.”
Kami pun ingin tahu lebih dalam tentang latar belakang ibu itu. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya.
“Ibu, boleh nanya nggak?”
“Oh silakan saja,” jawab ibu itu singkat.
Aku bertanya nama, alamat dan status ibu tersebut. Ibu itu menjawab namanya ibu Nining, alamat di Kuningan dan statusnya masih single ternyata. Rasa ingin tahu aku pun tinggi, aku pun melontarkan beberapa pertanyaan yang mana pertanyaan itu sangat mudah bagi bu Nining.
“Oh iya, Neng, kalau ibu boleh tahu namanya siapa? Dari mana? Dan sekolah kelas berapa?’’ tanya bu Nining penasaran.
“Aku Sisi, Bu, dan ini Liza adik tingkat Sisi. Kami tinggal di Pesantren Selajambe Cisaat dan kita kuliah di sana baru semester V,’’ ucapku jelas.
Kami pun berbincang-bincang cukup lama dan ternyata beliau adalah pendeta di gereja ini.
“Waw! Ini rasanya sulit ku percaya, tak pernah aku bermimpi bisa bertemu dengan pendeta perempuan!” batinku.
Aku pun bertanya tentang perbedaan protestan dan Katholik. Beliau pun menjawab sangat berbeda sekali entah itu dari kitab atau pun ajarannya. Di situ aku merasa wawasanku bertambah dan aku rasa bu Nining ini seorang pendeta yang baik hati dan lemah lembut. “Orangnya juga sangat asik,” ucapku.
“Pagi, kak Novi!,” Liza temanku menyapa.
“Pagi juga, Liza. Ayo sini! Kita sarapan bareng,” ajak aku pada Liza.
Para santri memulai hari dengan sarapan.
“Kak, gimana? Jadi seminar sekarang?” tanya Liza.
“Of course, kita berangkat sekitar setengah jam lagi,” jawab aku sembari tersenyum.
“Ok, kak. Aku siap-siap, ya!” ucap Liza sambil pergi dari ruang makan.
Semua telah aku bereskan dan aku siap-siap untuk menghadiri acara seminar hari ini.
Di sepanjang perjalanan, tak pernah sedikit pun terbayang bisa menghadiri seminar bedah buku dan secara live bisa bertemu dengan penulisnya. “Ini sungguh luar biasa,” pikirku. Aku benar-benar tak sabar ingin cepat-cepat mendengarkan pengetahuan dari penulis itu.
Pukul 07.00 pagi kami berada di lokasi, di gedung Yosanah GKP Kota Sukabumi.
Sungguh tak pernah ada dalam benakku bisa berada di kompleks gereja – yang mana gedung acara tersebut tepat bersebelahan dengan gereja. Rasa kaget dan panik menyelimuti pikiranku. Entah apa yang aku rasakan, hanya rasa tak percaya yang saat ini aku rasakan. Akhirnya rasa penasaran itu pun timbul dan aku bersama Liza menghampiri gedung tersebut.
Di situ aku tercengang karena nampaknya belum terlihat peserta seminar yang datang. Aku dan Liza pun segera masuk ke dalam gedung tersebut dan menempati bangku yang telah disediakan.
Aku bersama Liza bertemu dengan seorang ibu yang mana ibu itu adalah pemilik gedung beserta gereja tersebut. Tiba-tiba rasa tidak percaya itu timbul lagi.
“Aduh! Apa yang sebenarnya terjadi? Sungguh aku tak percaya dengan semua ini.”
Kami pun ingin tahu lebih dalam tentang latar belakang ibu itu. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya.
“Ibu, boleh nanya nggak?”
“Oh silakan saja,” jawab ibu itu singkat.
Aku bertanya nama, alamat dan status ibu tersebut. Ibu itu menjawab namanya ibu Nining, alamat di Kuningan dan statusnya masih single ternyata. Rasa ingin tahu aku pun tinggi, aku pun melontarkan beberapa pertanyaan yang mana pertanyaan itu sangat mudah bagi bu Nining.
“Oh iya, Neng, kalau ibu boleh tahu namanya siapa? Dari mana? Dan sekolah kelas berapa?’’ tanya bu Nining penasaran.
“Aku Sisi, Bu, dan ini Liza adik tingkat Sisi. Kami tinggal di Pesantren Selajambe Cisaat dan kita kuliah di sana baru semester V,’’ ucapku jelas.
Kami pun berbincang-bincang cukup lama dan ternyata beliau adalah pendeta di gereja ini.
“Waw! Ini rasanya sulit ku percaya, tak pernah aku bermimpi bisa bertemu dengan pendeta perempuan!” batinku.
Aku pun bertanya tentang perbedaan protestan dan Katholik. Beliau pun menjawab sangat berbeda sekali entah itu dari kitab atau pun ajarannya. Di situ aku merasa wawasanku bertambah dan aku rasa bu Nining ini seorang pendeta yang baik hati dan lemah lembut. “Orangnya juga sangat asik,” ucapku.
***
*Tulisan ini adalah karya naratif peserta pelatihan menulis naratif Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi yang digelar di kota tersebut, 31 Oktober lalu. Peserta dibekali materi oleh aktivis Jakatarub Risdo Simangunsong dan proses penulisan didampingi Jurnalis KBR 68H Rio Tuasikal selaku mentor.
**Yosi Novita Dewi dilahirkan di Sukabumi, 27 Desember 1995. Sedang menjalani kuliah di perguruan tinggi STAI Daarussalaam semester 5, program studi tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam. Kesehariannya tidak terlepas dari menulis, berimajinasi, dan mencari hal baru yang bisa dijadikan bahan penulisan cerpen.
Gambar milik 123hdwallpapers.com
**Yosi Novita Dewi dilahirkan di Sukabumi, 27 Desember 1995. Sedang menjalani kuliah di perguruan tinggi STAI Daarussalaam semester 5, program studi tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam. Kesehariannya tidak terlepas dari menulis, berimajinasi, dan mencari hal baru yang bisa dijadikan bahan penulisan cerpen.
Gambar milik 123hdwallpapers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar