Bersembunyi di Balik Kerudung Hitam* (1)

Oleh Asih Nurasiyanti**

 

“Dunia hanyalah panggung sandiwara”

Pernah mendengar istilah itu? Ya, kita yang hidup di dalamnya bak yang memainkan peran dalam sebuah film yang diatur sutradara. Kita tak dapat semena-mena melakukan hal yang kita inginkan selain yang telah dinaskahkan oleh sutradara. Semua telah diaturnya.

Jadi setiap manusia memiliki jalan hidupnya sendiri. Tentu hal itu telah diatur oleh Sang Pencipta yakni Tuhan yang Maha Esa, dan kita tak perlu repot-repot mengurusi naskah orang, yang pada kenyataannya belum tentu naskah hidup kita lebih baik dari mereka yang kita ragukan kebagusannya. Di sinilah letak toleransi berperan penting terhadap sesuatu yang kita jumpai dinyana bertolak belakang dengan apa yang kita pikirkan.

Dunia itu hanya sebagai tempat senda gurau dan juga permainan. Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk membuat hidup menjadi bermakna? Jawabannya adalah hanya dengan ibadah kepada Tuhan baru hidup menjadi bermakna. Tetap teguhkan hati jangan sampai terbawa oleh sesuatu yang dapat menjatuhkan kita kepada jurang kenistaan, dan selalu berwasiat dalam kebaikan. Seandainya sebagian dari mereka menolak ajakan kita, toleransi merupakan modal emas dalam hidup mencapai damai bersama orang yang heterogen. Karena hidup dengan toleransi sangatlah indah...

Untuk itu aku akan menceritakan satu pengalaman lintas agama, di mana toleransi merupakan sesuatu yang harus dikobarkan, disemarakkan, dan dihidupkan.

Kejadian ini sekitar satu tahun lalu, ketika aku duduk di bangku semester tiga sebuah universitas swasta di Sukabumi. Suasana sumpek membuatku ingin keluar dari rutinitas keseharianku dengan belajar dan membaca. Akhirnya kuputuskan mengujungi kawan lama.

Bersambung ke bagian 2
Bersambung ke bagian 3
Bersambung ke bagian 4

---

*Tulisan ini adalah karya naratif peserta pelatihan menulis naratif Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi yang digelar di kota tersebut, 31 Oktober lalu. Peserta dibekali materi oleh aktivis Jakatarub Risdo Simangunsong dan proses penulisan didampingi Jurnalis KBR 68H Rio Tuasikal selaku mentor.

**Asih Nurasiyanti Aku sosok pribadi yang sederhana, dan selalu belajar menghargai setiap orang. Periang dan suka dengan sesuatu yang baru. Aktivitasku) sebagai mahasiswi di perguruan tinggi di Sukabumi, dan sedang mendalami agama Islam di pondok pesantren di kota yang sama. Menghabiskan waktu senggang dengan mengajar di SMA.


Foto milik flickrhivemind.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com